Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial - Bimbingan
merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang. Rochman
Natawidjaja (Syamsu Yusuf, 2009: 38) mengartikan bimbingan sebagai proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan,
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga
serta masyarakat.
W.S. Winkel (1991: 124) mendefinisikan bimbingan
sebagai pemberian bantuan kepada seseorang atau kepada sekelompok orang dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri
terhadap tuntutan hidup.
Moh. Surya
(1988:36) mengemukakan bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang
terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai
tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Senada
dengan pendapat M.Surya, Prayitno (1987:35) mengemukakan : Bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar
mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian
ini mencakup 5 fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri
yaitu
- Mengenal diri sendiri dan lingkungan,
- Menerima diri sendiri dan lingkungan secara
positif dan dinamis,
- Mengambil keputusan,
- Mengarahkan diri,
- Mewujudkan diri.
Berdasarkan definisi-definisi
bimbingan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan yaitu :
- Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada
individu secara kontinyu dan sistematis,
- Bertujuan untuk membantu proses pengembangan
potensi diri melalui pola-pola sosial yang dilakukannya sehari-hari di
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-pola sosial yang
dimaksudkan adalah pola-pola dimana individu tersebut dapat melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Bimbingan pribadi merupakan upaya untuk membantu individu dalam menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mantap dam mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sementara bimbingan sosial
merupakan upaya untuk membantu individu dalam mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab.
Bimbingan pribadi-sosial berarti upaya untuk membantu individu dalam menghadapi
keadaan batinnya sendiri dan mengatasi konflik-konflik dalam diri dalam upaya
mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian
waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta upaya membantu
individu dalam membina hubungan sosial di berbagai lingkungan (pergaulan
sosial) (Yusuf, 2009: 53-55).
Pada dasarnya bimbingan tidak hanya berfungsi untuk mengatasi permasalahan
yang dihadapi individu (kuratif), melainkan memiliki fungsi lain yaitu sebagai
upaya pencegahan (preventif) dan pengembangan (developmental). Lynn
Bullard (Syamsu Yusuf, 1998:78) mengungkapkan untuk melakukan reformasi (pembaharuan)
program bimbingan dan konseling secara tepat, maka layanan-layanannya harus
diintegrasikan ke dalam program-program yang berorientasi pengembangan, yang
membantu para siswa mengembangkan dan mempraktekkan kompetensi-kompetensinya.
Bimbingan dan konseling yang
berorientasi pengembangan tidak hanya berfungsi untuk membantu individu ketika
permasalahan muncul, melainkan lebih kepada sebelum permasalahan terjadi dan
upaya membantu individu mencapai self developmental dan self realization.
Individu dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi
positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan,
(A.K. Nayak,1997: 5).
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005 : 11) merumuskan bimbingan
pribadi-sosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah
yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien, sehingga individu
memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani
masalah-masalah dirinnya.
Bimbingan pribadi-sosial juga sebagai upaya pengembangan kemampuan peserta
didik untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara
menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem
pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan kemampuan
pribadi-sosial.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
bimbingan pribadi-sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa
agar mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya, baik yang
bersifat pribadi maupun sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang
harmonis di lingkungannya. Bimbingan pribadi-sosial diberikan dengan cara
menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang akrab,
mengembangkan system pemahaman diri, dan sikap-sikap yang positif, serta
kemampuan-kemampuan pribadi sosial yang tepat.
B. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial
B. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005:14), merumuskan beberapa tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai
berikut :
- memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,
sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
- memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama
lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya
masing-masing.
- memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang
bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta
mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya.
- memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara
objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun
kelemahan, baik fisik maupun psikis.
- memiliki sifat positif atau respek terhadap diri
sendiri dan orang lain.
- memiliki kemampuan melakukan pilihan secara
sehat.
- bersikap respek terhadap orang lain, menghormati
atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga
dirinya.
- memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan
dalam bentuk komitmen, terhadap tugas dan kewajibannya.
- memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human
relationship), yang diwujudkan dalam bentuk persahabatan, persaudaraan
atau silaturahmi dengan sesama manusia.
- memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik
(masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang
lain.
- emiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
secara efektif.
Juntika Nurihsan (2003 : 9) menyatakan tujuan bimbingan pada akhirnya membantu individu dalam mencapai:
- Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk
Tuhan,
- Kehidupan yang produktif dan efektif dalam
masyarakat,
- Hidup bersama dengan individu-individu lain,
dan
- Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan
yang dimilikinya. Dapat disimpulkan tujuan bimbingan pribadi pribadi
sosial yang harus dikembangkan dalam program layanan bimbingan dan
konseling adalah memfasilitasi siswa dalam mengarahkan pemantapan
kepribadian serta mengembangkan kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah
pribadi dan sosial siswa.
c. Fungsi Bimbingan
Pribadi-Sosial
Fungsi dalam bimbingan pribadi-sosial yang diungkapkan oleh Totok (Rima
Puspita, 2007:47-49), yaitu :
- Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan
pribadi-sosial, konselor secara berkesinambungan memfasilitasi individu
agar mampu menjadi agen perubahan (agent of change) bagi dirinya dan
lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu individu sedemikian rupa
sehingga individu mampu menggunakan segala sumber daya yang dimilikinya
untuk berubah.
- Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu
memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan
dan tantangan yang ada diluar dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan
pribadi sosial diharapkan individu mampu mencapai tingkat kedewasaan dan
kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang diharapkan, sehingga individu
tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan mampu mengintegrasi diri
dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi dan
seimbang.
- Belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan
pribadi sosial dapat berfungsi sebagai media pelatihan bagi individu untuk
berkomunikasi secara lebih sehat dengan lingkungannya.
- Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat.
Bimbingan pribadi-sosial digunakan sebagai media untuk menciptakan dan
berlatih perilaku baru yang lebih sehat.
- Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan
utuh. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan
spontan, kreatif, dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan
inspirasinya.
- Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan
pribadi-sosial diharapkan individu dapat bertahan dengan keadaan masa
kini, dapat menerima keadaan dengan lapang dada, dan mengatur kembali
kehidupannya dengan kondisi yang baru.
- Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional.
Konselor membantu individu dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala
yang menggangu sebagai akibat dari krisis.
3.
Program Bimbingan
Pribadi-Sosial
A. Definisi Program
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pembimbing atau
konselor sekolah adalah mengelola program bimbingan dan konseling, yaitu:
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merancang tindak lanjut atau
mendesain perbaikan atau pengembangan program bimbingan dan konseling (Yusuf,
2009: 68-69). Program dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana
menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layanan-layanan
yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya (Mappiare, 2006:254).
Dalam konteks bimbingan dan konseling, program bimbingan dan konseling
terintegrasi dengan kurikulum yang mendukung pencapaian visi dan misi sekolah,
seperti ditegaskan oleh Gysbers & Handerson (Muqodas, 2011) bahwa “...true
comprehensive, developmental school counseling programs are well integrated
into a curriculum that supports the mission of the school district, and
complement the existing academic programs.”
Borders & Durry (Muqodas, 2011: 5) menyatakan program bimbingan dan
konseling perkembangan adalah program yang bersifat proaktif, preventif, dan
bersifat mengarahkan dalam proses membantu seluruh siswa menemukan
pengetahuan, kemampuan, self-awareness, dan sikap-sikap yang dibutuhkan
dalam proses perkembangan individu.
Dari berbagai definisi para ahli, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan program bimbingan dan konseling adalah serangkaian rencana kegiatan layanan yang disusun secara sistematis, terencana, dan terarah berlandaskan pada analisis kebutuhan siswa, guna mencapai dan memfasilitasi perkembangan siswa secara optimal serta untuk menunjang pencapaian tujuan, visi dan misi sekolah.
B. Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Program
Program bimbingan berisikan sejumlah kegiatan layanan bimbingan. Suatu
program bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana,
terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Program
bimbingan yang dikembangkan menjadi pedoman yang pasti dan jelas bagi tenaga
pembimbing di sekolah sehingga kegiatan bimbingan di sekolah dapat terlaksana
dengan lancar, efektif, efisien serta dapat dilakukan evaluasi baik terhadap
program, proses maupun hasil. Program bim bingan yang disusun secara baik
dan matang tentu saja akan memberikan banyak keuntungan, yaitu baik bagi siswa
yang mendapatkan layanan maupun bagi guru pembimbing atau staf bimbingan yang
melaksanakannya.
Ciri-ciri program bimbingan yang baik menurut Miller (Uman Suherman dan Dadang Sudrajat, 1998 : 23), yaitu :
1.
Disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata
siswa.
- Diatur menurut skala prioritas berdasarkan
kebutuhan siswa.
- Dikembangkan secara berangsur-angsur dengan
melibatkan semua unsur petugas.
- Mempunyai tujuan yang ideal tetapi
realistis.
- Mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di
antara semua staf pelaksana.
- Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
- Penyusunannya disesuaikan dengan program
pendidikan dan pengajaran di sekolah yang bersangkutan.
- Memberikan kemungkinan pelayanan kepada seluruh
siswa.
- Memperlihatkan peran yang penting dalam
menghubungkan sekolah dengan masyarakat.
- Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik
mengenai program, kemajuan siswa yang dibimbing, dan kemajuan pengetahuan,
kemampuan serta sikap para petugas pelaksananya.
- Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan
bimbingan.
Dewa Ketut dan Desak Made (1990:14-16) mengemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh dengan program bimbingan yang terencana, yaitu :
- Tujuan setiap langkah bimbingan akan lebih jelas.
- Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan
dan tugasnya.
- Penyediaan fasilitas akan lebih sempurna.
- Pemberian pelayanan lebih teratur dan
memadai.
- Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan
berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan bimbingan.
- Adanya kejelasan kegiatan bimbingan di antara
keseluruhan kegiatan program sekolah.
Pengembangan
program bimbingan di sekolah memegang peranan penting dalam rangka
keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah. Pengembangan program
bimbingan di sekolah, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu
:
- Karakteristik para peserta didik serta kebutuhan
akan bimbingan dan konseling.
- Dasar dan tujuan lembaga pendidikan
bersangkutan.
- Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan
fasilitas yang diperlukan.
- Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan.
- Jenis kegiatan dan layanan yang perlu
diprioritaskan.
- Ketersediaan tenaga profesional untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan dan konseling.
c. Komponen Program
Komponen program (Rambu-Rambu
Penyelengaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, 2008 :
224) dipaparkan sebagai berikut:
1. Layanan dasar
a.
Bimbingan Klasikal yang dirancang menuntut konselor
untuk melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas. Secara terjadwal,
konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada siswa. Kegiatan bimbingan
klasikal dapat berupa diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).
b.
Pelayanan Orientasi
Pelayanan orientasi merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,terutama dengan
lingkungan sekolah. Pelayanan orientasi di sekolah biasanya dilaksanakan pada
awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di sekolah
biasanya mencakup organisasi sekolah, staf dan guru-guru, kurikulum, program
bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau sarana dan
prasarana, dan tata tertib sekolah.
c.
Pelayanan
Informasi
Layanan pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat
bagi siswa melalui komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung
(melalui media cetak dan elektronik yang meliputi: buku, brosur, majalah dan
internet).
d.
Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa melalui kelompok-kelompok
kecil (5 s.d 10 orang). Bimbingan kelompok ditujukan untuk merespon kebutuhan
dan minat siswa. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok adalah
masalah-masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia.
e.
Pelayanan Pengumpulan Data
Pelayanan pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang pribadi siswa dan lingkungannya. Pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
2. Layanan
responsif
a.
Konseling individual dan kelompok
Pemberian layanan konseling
ditujukan untuk membantu konseli yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan
dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, konseli dibantu
untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan secara lebihtepat. Konseling dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok.
b.
Referal (rujukan atau alih tangan)
Konselor yang kurang memiliki
kemampuan untuk menangani masalah konseli, maka sebaiknya mereferal atau
mengalihtangankan konseli kepada pihak yang lebih berwenang, seperti psikolog,
psikiater, dokter, kepolisian dan banyak lainnya.
c.
Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas
Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang konseli, memecahkan masalah konseli, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang perlu dilakukan.
Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang konseli, memecahkan masalah konseli, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang perlu dilakukan.
d.
Kolaborasi dengan orang tua
Konselor perlu melakukan kerjasama
dengan orang tua, karena proses bimbingan tidak hanya terjadi di sekolah saja
melainkan juga di rumah. Melalui kerjasama memungkinkan terjadinya saling
memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antara konselor dengan
orang tua siswa dalam upaya mengembangkan potensi konseli atau memecahkan
masalah yang mungkin dihadapi konseli.
e.
Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah
Konselor perlu menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan mutu pelayanan bimbingan.
Konselor perlu menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan mutu pelayanan bimbingan.
f.
Konferensi kasus
Konfrensi kasus merupakan kegiatan
untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri
oleh pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah
konseli.
g.
Kunjungan rumah
Kegiatan untuk memperoleh data atau
keterangan tentang konseli tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya
menyelesaikan masalahnya.
3. Perencanaan Individual
Konselor membantu konseli
menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi
yang diperoleh yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan.
Melalui perencanaan individual, siswa memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan
dirinya secara positif dan konstruktif. Fungsi konselor dalam perencanaan
individual meliputi pemberian pertimbangan, penempatan dan penilaian
individual. Pada perencanaan individual, siswa menggunakan informasi yang
diperolehnya untuk :
Ø merumuskan
tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang
pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan
dirinya,
Ø melakukan
kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan,
dan
Ø mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukannya.
4. Dukungan
Sistem
Dukungan sistem kegiatan-kegiatan
manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program
bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional (hubungan masyarakat
dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), manajemen program,
penelitian dan pengembangan. Penyesuaian
Sosial Siswa Berdasarkan Gender dan Implikasinya bagi Program
Bimbingan Pribadi-Sosial
ini sumber-sumber bukunya apa saja ya ?
BalasHapusboleh minta sumber buku nya ndx? trimakasih...
BalasHapusThank's Infonya Bray .. !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id